Sabtu, 04 September 2010

Tak Perlu Mahir Matriks untuk Bisa Menghidupi Diri



Kemarin merupakan acara buka puasa bersama kedua bagi kami (para alumni Ipa 2) di bulan Ramadhan tahun ini. Sebagai info, buka puasa bersama yang pertama diadakan di kediaman salah satu rekan saya. Dan untuk kemarin, suatu kehormatan kami bisa datang dalam undangan Wali kelas kami di kelas tiga. Rumahnya di daerah Cilodong. Dari keadaan sekitar bisa saya simpulkan bahwa perumahan yang beliau tempati merupakan perumahan yang baru dibangun. Hal ini setidaknya terlihat dari banyak bangunan yang belum selesai dibangun, masih tergolong jarang penduduk.

Yang mau saya tulis kali ini bukan tentang bagaimana suasana acara kemarin. Bukan tentang hectic nya kami karena satu sama lain sudah lama gak berjumpa. Bukan juga tentang bagaimana repotnya saya menjawab jutaan pertanyaan dengan isi dan nada yang sama: "Khai nya kemana? Telpon dong suruh dateng. Masa sendirian."

Kalau boleh saya bilang, yang akan saya tulis lebih urgent dari hal-hal tadi.
Ini tentang perkataan sang ahli Matematika yang kurang lebih satu tahun telah saya kenal. Tentang perkataan Ibu sekolah yang senantiasa menuliskan sederetan rumus aljabar, matriks, trigonometri,integral hingga bangun ruang. Wali kelas saya. Wali kelas kami. Ibu didik kami selama setahun. Ringkasnya berkata seperti ini:
"Mata angin yang pokok ada empat. Utara (North), Timur (East), Selatan (South) dan Barat (West). North untuk Nature, yang mana kita harus tahu sekecil apapun manfaat yang kita dapat dari alam. Harus ditanamkan sejak dini, diberi penjelasan, darimana oksigen yang kita dapat. Bagaimana usaha kita untuk terus mendapatkan udara yang sehat. Singkat kata: Jangan hanya ingin mendapatkan manfaat dari alam namun kita sendiri masih malas-malasan untuk "menjamu" alam dengan sikap dan perilaku yang baik. Arah mata angin kedua, Timur (East) untuk Economic. Sejak dini pula sebaiknya kita harus diajarkan tentang bagaimana sulitnya mendapatkan uang. Bagaimana mengatur peredaran uang agar uang yang kita dapat tidak mengalir begitu saja. Ketiga yaitu Selatan (South)untuk Social. Artinya kita harus peduli dengan yang lain. Jangan sampai jadi orang cerdas namun bersikap anti-sosial. Sama saudara sendiri tidak saling kenal-parahnya begitu. Dan yang terkahir adalah Barat (West) untuk Welling. Anak harus "digiring" pada kesejahteraan. Bhawa anak mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan baik dalam keluarga, masalah pendidikan, maupun kasih sayang"



Ya, yang selama masa sekolah selalu yang jadi target adalah:
"Saya harus bisa menguasai pelajaran agar kelak punya masa depan yang cemerlang"
Pemikiran ini nyatanya terbantah mentah-mentah. Sya tak perlu mahir matematika. Tak perlu cerdas mengkalkulasikan angka. Tak perlu cerdik mengotak-atik berbagai rumus. Karena sesungguhnya yang saya butuhkan (dan kalian barangkali) pada dasarnya adalah empat arah mata angin tersebut. Alam, Ekonomi, Kepedulian dan Kesejahteraan. Bukan berarti saya mengatakn Belajar Itu Tidak Perlu. Belajar tidak akan pernah habisnya. Tak terbatas waktu dan ruang. Hanya saja saya tidak ingin menjadi manusia yang berotak namun tidak berarti. Karena hidup tak pernah bisa diprediksi. Ketidakpastian ini akan selalu datang. Dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.

Belajar mulai sekarang. Tak hanya melalui buku dan duduk manis di kelas.